Peta Klaim Cina Di atas Laut Cina Selatan

Diposting pada

Nine-Dash Line  di atas laut cina selatan memicu protes Indonesia karena perairan laut natuna di klaim sebagai bagian dari teritorial cina

Apa yang dimaksud dengan nine-dash line yang menjadi akar permasalahan protes Indonesia terhadap China? Nine-dash line tersebut adalah sembilan garis putus-putus di atas peta Laut Cina Selatan yang di klaim oleh Cina sebagai hak maritim historisnya. Meskipun jarak garis tersebut dari Cina daratan mencapai 2.000 km

Peta klaim Cina di atas Laut Cina Selatan tersebut tidak hanya memicu protes dari Indonesia, tetapi juga dengan negara Taiwan, Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Klaim di atas Laut Cina Selatan tersebut luasnya mencapai 2 Juta Km persegi, termasuk pulau-pulau kecil. Berikut nine-dash line peta klaim Cina di atas Laut Cina Selatan (Komunikasi China ke PBB 7 Mei 2009/www.un.org)

Baca Juga >> Peta Animasi Pergerakan Lempeng Tektonik

Sejarah nine-dash line

Dash Line atau Garis putus-putus muncul pertama di peta negara Republik Cina yang terbit tahun 1947 usai Perang Dunia II. Pada awalnya terdapat 11 garis putus-putus di peta tersebut. Cina memetakan hak maritim di teritorial Laut Cina Selatan untuk menguasai beberapa pulau yang sebelumnya dikuasai Jepang, setelah kekalahan Jepang oleh sekutu.

Konflik politik Republik Cina memecah negara tersebut menjadi Taiwan dan Republik Rakyat Cina yang berpaham komunis terbentuk pada 1949. RRC mengklaim sebagai satu-satunya pewaris hak maritim di atas Laut Cina Selatan, namun pemerintahan Taiwan juga melakukan klaim serupa.

Akibat konflik Vietnam Utara dan Vietnam Selatan pada tahun 1950-an, membuat Cina mengambil langkah untuk menghilangkan dua garis sehingga menyisakan 9 garis putus-putus saja atau yang sekarang terkenal dengan sebutan nine-dash line tersebut. Keputusan tersebut diambil sebagai bantuan Pemerintah Cina untuk sebagian rakyatnya di Semenanjung Tonkin Vietnam Utara yang tengah berperang dengan Vietnam Selatan yang baru merdeka.

Vietnam Selatan sendiri akhirnya terlibat baku tembak dengan Cina pada tahun 1974, gara klaim nine-dash line tersebut. Konflik di perairan dekat Kepulauan Paracel tersebut memakan korban jiwa termasuk 53 tentara Vietnam Selatan dan 18 dari pihak Cina.

Pada tahun 1975, konflik dalam negeri Vietnam berakhir. Vietnam bersatu, tidak ada lagi pembagian utara dan selatan. Atas apresiasi Vietnam Selatan yang bertempur dengan Cina terkait setahun sebelumnya, negara bersatu Vietnam berusaha melawan klaim Cina atas hak maritim di Laut Cina Selatan hingga saat ini.

Konvensi PBB tentang Hukum Laut

Konvensi PBB tentang Hukum Laut atau United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) telah menyekapati batas wilayah laut berdasarkan jarak dari daratan. Wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE) diatur 200 mil laut dari garis pantai, yang memberi hak kepada negara pemilik untuk mengendalikan kekayaan ekonomis di dalamnya, termasuk menangkap ikan, menambang, mengekslporasi minyak, menerapkan kebijakan hukumnya, bernavigasi, terbang di atasnya, dan menanam pipa-kabel. Sementara zona wilayah tambahan (contiguous zone) berjarak jarak 24 mil laut dari lepas pantai, di mana negara pemilik memiliki kuasa terbatas atas laut tersebut. Jarak 12 mil laut dari garis pantai merupakan laut teritoral dari negara tersebut.

Namun, meskipun Cina adalah salah satu negara yang menandatangani Unclos, Cina menganggap nine-dash line sudah ada sejak Perang Dunia II sebelum UNCLOS lahir dan ditandatangani pada 1982. Cina juga tidak pernah secara eksplisit mendefinisikan haknya di dalam nine-dash line tersebut. Pada 2016, Pengadilan Arbitrase Internasional tentang Laut China Selatan menyatakan klaim 9 Garis Putus-putus sebagai batas teritorial laut Negeri Tirai Bambu itu tidak mempunyai dasar historis.

Baca Juga >> Peta Zona Rentan Likuifaksi Indonesia

Penolakan klaim nine-dash line Peta Cina di atas Laut Cina Selatan

Kini konflik nine-dash line Peta Cina di atas Laut Cina Selatan kembali memanas setelah melintasnya kapal aparat (coast guard) milik Cina dan kapal pencari ikan dari negeri tersebut di Perairan Natuna pada Desember 2019 lalu. Siaran pers Kementrian Luar Negeri Indonesia pada 1 Januari 2020 yang kembali menegaskan penolakan klaim historis Cina di Perairan Natuna, di tanggapi pihak Cina dengan mengatakan bahwa Pengadilan Arbitrase Internasional pada 2016 hanyalah menyelesaikan sengketa Filipina vs Cina (South China Sea Tribunal 2016). Juru bicara Menteri Luar Negeri Republik Rakyat China, Geng Shuang, dalam keterangan pers reguler, 2 Januari 2020, mengatakan menentang negara mana pun, organisasi, atau individu yang menggunakan arbitrasi tidak sah untuk merugikan kepentingan Cina.

perselisihan antara Cina dan negara lain akibat nine-dash line

Seperti disebutkan diatas, perselisihan akibat nine-dash line melibatkan beberapa negara hingga saat ini. Berikut perselisihan antara Cina dan negara lainnya.

  • Batas laut Pantai Vietnam dan Kepulauan Paracel ( Cina, Taiwan, dan Vietnam )
  • Batas laut di Utara Pulau Kalimantan ( Cina, Taiwan, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Filipina )
  • Kepulauan Spratly ( Cina, Taiwan, Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei Darussalam )
  • Kepulauan Pratas dan Tepi (Bank) Macclesfield ( China dan Taiwan )
  • Batas laut di lepas pantai Kepulauan Palawan, Pulau Luzon, Selat Luzon, dan Gosong Pasir (Gugusan Karang) Scarborough ( Cina, Taiwan, dan Filipina )
  • Kepulauan Natuna ( Cina, Taiwan, dan Indonesia )

via cnbcindonesia ; via detik